di sebuah restoran
tardji duduk sendirian
sambil mengelus dagu jenggotan
sampai tak sadar ia tiduran
seekor kucing kecoklatan
menyembul dari rambutnya yang uban
dengan mata yang berkilatan
kucing menerkam meja tamu di depan
sebab ia makan dengan pepes ikan
tardji tidur, tardji mungkin kecapek-an
habis baca puisi seharian
dengan tangan yang gemetaran,
tanpa babibu kucing digebuk satu hentakan
hingga mati darah meleleh bermuncratan
tiba-tiba tardji dikejutkan
mejanya basah oleh air cucian
ternyata ia mimpi saja
bukan betulan
dengan langkah gontai ke sudut kanan
tempat kasir menunggu bayaran
sambil tersenyum seperti orang kasmaran
tardji disodor cek duapuluhan
jelas tak suka ia cara beginian
sebab ia cuma pesan kopi sasetan
kemahalan, itu namanya pemerasan
sambil memanggil petugas keamanan
kasir berkata demikian
"lha iya duaribu buat kopi lapanbelas ribu buat tiduran, coba kalau tidur di perhotelan, pasti bayar ratusribuan, pilih bayar atau gebukan !"
agak kesal tardji pada pelayan
dibayarlah itu tagihan
ia berjalan menatap awan
meninggalkan kampret restoran
belum jauh dari restoran
ia melihat dompet di tengah jalan
diambillah dengan cekatan
lalu dibuka sambil siulan
ternyata tak seperpun uang ditemukan
hanya potret lusuh enam incian
nampak dua penyair berjabat tangan
chairil dan rendra sambil senyuman
di belakangnya ada tulisan, kapan kita reunian ?
(2009)
Maklumat Pindah Alamat
-
pemberitahuan kepada teman-teman
pengunjung blog saya. dikarenakan muatan blog sudah cukup berat untuk
diunduh
mulai saat ini puisi-puisi terbaru saya dapat...
15 tahun yang lalu
Inilah puisi yang bikin tardji mesemmesem sewaktu di PPN V.
BalasHapusDahsyat boy...